Pelabuhan tak selalu identik dengan pemberhentian sementara. Adakalanya sebuah perahu tak lagi mau pergi beranjak dari pelabuhan tersebut karena ia telah menemukan pelabuhan yang sebenarnya untuk ia berlabuh selamanya. Terkadang aku bingung, kemana diri ini harus berlabuh selamanya. Pernah aku berlabuh pada satu pelabuhan. Awalnya aku merasa nyaman dan tenang disana. Tapi seiring berjalannya waktu, aku tersadar bahwa itu semua fatamorgana. Semuanya tipuan !. Bodohnya diriku ketika jiwa ini percaya dengan tipuan rendahan. "Hina"nya diri ini ketika dengan sadar kupautkan seutuhnya hati dan jiwa ini padanya. Ini semua gila. Bagaimana bisa rasionalitas yang kujunjung tinggi tiba-tiba membusuk hanya dengan tipuan sebodoh itu ?. Read more . . .
Hingga kayu yang menyangga tubuh ini semakin tua dan retak disana-sini.
Aku mencoba untuk merangkak pergi meninggalkan pelabuhan "bodoh" itu. Dengan sisa-sisa kekuatan kayu jati yang masih perkasa, aku mencari sekuat tenaga pelabuhan abadiku. Pelabuhan yang akan kupautkan hati, fikiran dan jiwa ini untuk selamanya. Tapi, apakah aku bisa melewati ganasnya ombak lautan yang mungkin bisa mematahkan tubuh renta ini ? Mungkinkah aku bisa menemukan pelabuhan abadi itu ? Apakah memang benar ada pelabuhan abadi itu ? Ah..sudahlah, dugaan-dugaan ini hanya akan menghambatku untuk berjalan.
Tuhan, bimbinglah aku tuk menemukan pelabuhan abadi yang akan kucurahkan kerja keras dan cinta abadi yang kau berikan karena-Mu. Amin.
-R-
-R-
0 komentar:
Posting Komentar